MAKALAH
SISTEM
EKSKRESI
Untuk memenuhi tugas kelompok :
Mata Kuliah : Kapita Selekta II
Dosen Pengampu :
CiptaAnto M.Pd
Disusun
oleh Kelompok 3 :
Aenul Fahmi Khalik
Nurul Syiam
IPA
BIOLOGI (C/ VI)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK
INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Ekskresi” untuk memenuhi tugas terstruktur
mata kuliah Kapita Selekta II.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Cipta Anto, M. Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Kapita
Selekta II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan
tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak lain yang turut
serta membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kepada teman-teman untuk bersedia memberikan kritik
dan sarannya menyangkut pembuatan makalah ini, sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat makalah selanjutnya. Namun demikian, penulis sudah
berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca, peminat keilmuan dan calon penulis di masa mendatang.
Cirebon, 01 Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dalam melakukan aktifitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tentu menghasilkan sampah atau limbah. Sampah atau
limbah ini merupakan sisa yang harus dibuang agar tidak mengganggu. Demikian
pula yang terjadi pada mahluk hidup, semua mahluk hidup bisa mengeluarkan
limbah mulai dari hewan yang bersel satu sampai hewan tingkat tinggi, bahkan
manusia. Dalam proses pengeluaran limbah pada mahluk hidup memerlukan sebuah
system yang disebut system ekskresi.
System ekskresi yang dimiliki setiap
mahluk hidup berbeda-beda sesuai dengan tingkatan dan konveksitas mahluk hidup.
System ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat hasi metabolisme sel yang
sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dikeluarkan bersama urine, keringat, atau
udara pernapasan. Pada system ekskresi manusia, sisa-sisa metabolisme dapat
diserap oleh darah kemudian diproses dan akhirnya dikeluarkan lewat alat-alat
ekskresi.
B.
Rumusan masalah
1.
Jelaskan
definisi sistem ekskresi ?
2.
Sebutkan apa saja alat-alat
ekskresi pada manusia dan jelaskan mekanisme kerjanya?
3.
Gangguan-gangguan apa saja yang
terjadi akibat kerusakan organ ekskresi ?
4.
Bagaimana sistem ekskresi pada
hewan invertebrata dan vertebrata ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi sistem ekskresi
2.
Untuk
mengetahui alat-alat ekkresi pada manusia beserta mekanisme kerjanya
3.
Untuk mengetahui gangguan-gangguan yang
terjadi akibat kerusakan organ ekskresi
4.
Untuk
mengetahui sistem ekskresi pada hewan invertebrata dan
vertebrata
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem Ekskresi pada Manusia
Sistem ekskresi adalah
sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dari
dalam tubuh, seperti menghembuskan gas CO2 ketika bernapas,
berkeringat, dan buang air kecil (urine). Sistem ekskresi membantu memelihara
homeostatis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa
metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh.
Zat sisa metabolisme adalah
hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H2O, NH3, zat
warna empedu, dan asam urat. Fungsi sistem ekskresi antara lain :
·
Membuang limbah
yang tidak berguna, dan beracun dari dalam tubuh
·
Mengatur
konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
·
Mempertahankan
temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
·
Homeostatis
Zat sisa metabolisme
dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Berikut adalah alat-alat ekskresi
pada tubuh manusia :
1.
Ginjal
Ginjal
atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti biji buah kacang
merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga
perut pada dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2 buah, berwarna merah
keunguan, dan yang kiri terletak agak tinggi dari kanan. Lapisan ginjal bagian
luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan dalam disebut sumsum
ginjal atau medulla. Lapisan paling dalam berupa rongga ginjal disebut pelvis
renalis.
Saluran
structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap nefron
terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari kapsul bowman, glomerulus yang
terdapat dibagian korteks, serta tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus
proksimal, tubulus kontertus distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang
terdapat dibagian medulla. Lengkung henle ialah bagian saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medulla dan berhubungan dengan tubulus proksimal maupun
tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa panjang seluruh tubulus kurang
lebih 7,5 sampai 15 km.
Ginjal
dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang menyerupai
darah. Ginjal mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya.
Substansi yang menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan
dipisahkan dari darah dan diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa
nitrogen hasil pemecahan asam amino dan asam nukleat.
Gambar 1. Ginjal dan bagian-bagiannya
a. Proses
pembentukan urin
Proses
pembentukan urin dalam ginjal dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
Gambar 2. Proses pembentukan urine
1)
Tahap
filtrasi (penyaringan)
Filtrasi
terjadi di kapsul bowman diglomerulus. Ketika darah masuk glomerulus maka
tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang
tidak dapat larut melalui pori-pori endothelium kapiler, glomerulus, kemudian
menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi masuk kedalam ruang kapsul
bowman. Hasil filtrasi glomerulus dan kapsul bowman disebut filtrate glomerulus
atau urin primer.
Gambar 3. Stuktur nefron
2)
Tahap
reabsorbsi (penyerapan kembali)
Reabsorbsi
terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan sebagian tubulus
kontortus distal. Reabsorbsi dilakukan oleh sel-sel epithelium diseluruh
tubulus ginjal. Za-zat yang direabsorbsi antara lain ; air, gllukosa, asam
amino, ion-ion Na, K, Ca, Ci-, dan HCO3 -, sedangkan
urea hanya diserap sebagian.
Urutan
terjadinya reabsorbsi yaitu, urin primer masuk dari glomerulus ketubulus
proksimal. Kemudian terjadi rebsorbsi glukosa dan 67% ion Na,selain itu juga terjadi reabsorbsi air dan ion Ci secara pasif.
Bersamaan dengan itu petrat menuju lengkung henle yang tengah berkurang
volumenya dan bersifat isotonis. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion
Ci kejaringan
disekitarnya. Reabsorbsi dilanjutkan ditubulus distal. Pada tubulus ini terjadi
reabsorbsi Nadan air dibawah control ADH. Disamping reabsorbsi,
ditubulus ini juga terjadi sekresi H, NH4+, urea, kreatinin dan beberapa
obat-obatan pada urin. Hasil reabsorbsi ini berupa urin sekunder yang
komposisinya mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin.
3)
Augmentasi
(pengumpulan)
Urin
sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na, Cidan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari
tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelfis renalis.dari velvis renalis urin
mengalir melalui uretter menuju vesica urinaria (kandung kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan sementara urin.
b.
Hal-hal yang memengaruhi
produksi urine
Hormon antidiuretik (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis posterior akan memengaruhi penyerapan air pada bagian
tubulus distal karena meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon
ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urine menjadi banyak dan encer.
Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urine
sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakit
diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urine yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urine dipengaruhi pula oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1)
Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan
konsentrasi protein yang dapatmenyebabkan tekanan koloid protein menurun,
sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urine yang diproduksi
banyak.
2)
Zat-zat
diuretic
Jika
banyak mengkonsumsi zat-zat diuretic (kopi, teh,alcohol) maka zat terrsebut
akan menghambat reabsorbsi ion H,sehingga ion ADH berkurang sehingga reabsorbsi air
terhambat dan volume urin meningkat.
3) Suhu
Jika
suhu internal dan exsternal naik diatas normal maka kecepatan respirasi
menigkat dan pembuluh kutaenius melebar. Saat volume air turun, hormone ADH
disekresikan sehingga reabsorbsi air menigkat. Disamping it, penigkatan suhu
merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran darah di glomerulus dan
filtrasi menurun. Kedua hal ini mengurangi volume ini
4) Konsentrasi darah
Konsentrasi
darah dan larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urin jika kitaminum
air seharian maka komsentrasi air didarah menjadi rendahhal ini merangsang
hipofisis mengeluarkan ADH. Hormone ini meningkatkan reabsorbsi air di ginjal
sehingga volume urin turun. Hormone ADH(anti diuretika) ini dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis bagian balakang.
Komposisi
urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urin normal
berwarna jernih transparan sedangkan warna kuning muda urin berasal dari zat
warna empedu. Urin normal pada manusia mengandug air, urea, asam urat, amoniak,
keratin, asam laktat, asam fospat, asam sulfat, klorida, garam-garam terutama
garam dapur, dan zat-zat yang berlebihan didalam darah misalnya vitamin C dan
obat-obatan.
Dilihat
dari banyaknya macam zat yang terkandung dalam urin tersebut, maka ginjal
merupakan alat pengeluaran utama. Fungsi ginjal antara lain :
1)
Membuang sisa metabolisme dari tubuh
2)
Mengatur keseimbangan air dan garam
didalam darah
3)
Membuang zat-zat yang berbahaya bagi
tubuh, seperti obat-obatan, bakteri dan zat warna.
4)
Mengatur tekanan darah dalam arteri
dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa serta membuang kelebihan bahan
makanan tertentu seperti gula dan vitamin.
2. Hati
Sebagai
alat ekskresi hati (hepar) mengeluarkan empedu 1/2 liter setiap hari. Empedu berupa cairan kehijauan,
rasanya pahit, pH sekitar 7-7,6. mengandung kolesterol, garam-garam mineral,
garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut bilirubin dan
biliverdin. Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong empedu
(vasica velen) dan dikeluarkan keusus halus untuk membantu system pencernaan,
misalnya :
·
Mencernakan lemak
·
Mengaktifkan lipase
·
Mengubah zat yang tak larut air menjadi
zat yang dapat larut dalam air
·
Membantu daya absorbsi lemak pada
dinding usus.
Gambar
4. Hati
Kurang
lebih satu juta sel darah merah yang telah tua dan rusak dirombak dalam hati
oleh sel-sel khusus yang disebut histiosit. Hemoglobin sel darah merah dipecah
menjadi zat besi, globin dan hemin zat besi diambil dan disimpan dalam hati
untuk dikembalikan ke sum-sum tulang. Globumin digunakan lagi untuk metabolisme
protein/ untuk membentuk Hb baru, sedangkan hemin diubah menjadi zat warna
empedu yang berwarna hijau biru.
Jika
pembuluh empedu tersumbat, misalnya oleh kolesterol yang mengendap dan
membentuk batu empedu, maka warna veses akan menjadi coklat atau abu-abu
sedangkan darah akan berwarna kekunig-kuningan karena empedu masuk keperedaran
darah (disebut penyakit kuning). Organ hati juga merupakan satu-satunya
kelenjar yang menghasilkan enzim orginase yang berfungsi untuk menguraikan asam
amino arginin menjadi asam amino ornitin + urea. Ornitin yang terbentuk
berfungsi mengikat NH dan CO yang bersifat
racun.
Dalam
sel-sel tubuh, ornitin diubah menjadi asam amino sitralin. Sitralin juga
berperan mengikat NH menjadi arginin
yang hanya dapat dipecah didalam hati, sedangkan urea dari hati diangkut
keginjal untuk dikeluarkan bersama urin. Berikut adalah fungsi hati :
1)
Menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula
otot)
2)
Merombak kelebihan asam amino (deaminasi)
3)
Menawarkan racun
4)
Membentuk protombin dan fibrinogen
5)
Membentuk albumin dan globulin
6)
Mengubah provitamin a menjadi vitamin a
7)
Tempat pembentukan urea
8)
Menghasilkan empedu
9)
Tempat pembentukan dan penghancuran eritrosit yang
telah tua
3.
Kulit
Sebagai
alat ekskresi, kulit atau integument mengeluarkan peluh (keringat). Luas kulit
pada manusia dewasa 20.000 cm, tebal 0,01 cm hingga 0,5 cm. Banyaknya keringat yang
dihasilkan / dikeluarkan seseorang dipengaruhi antara lain oleh aktifitas
tubuh, suhu lingkugan, makanan ,keadaan kesehatan dan keadaan emosi. Keringat manusia
terdiri dari air, garam-garam terutama garam dapur (NaCl) atau sisa metabolisme
sel, urea serta asam.
Gambar 5. Penampang kulit
a. Bagian-bagian kulit (integument)
adalah :
1) Epidermis
Epidermis memiliki lapisan-lapisan (stratum) penyusun,
yaitu:
a) Stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas
b) Stratum lusidum
c) Stratum granulosum yang mengandung pigmen, bersama stratum lusidum
mengganti sel-sel di lapisan straum korneum
d) Stratum germinativum adalah lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke
arah luar
2)
Dermis (kulit jengat) atau korium
Dalam
demis terdapat pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat (glandula
sudorifera) serta kelenjar minyak
(glandula sebasea) yang terletak dekat
akar rambut dan berfungsi meminyaki rambut. Kelenjar keringat berupa pipa
terpilin yang memanjang dari epidermis masuk ke bagian dermis. Dari kapiler
darah kelenjar keringat menyerap cairan jaringan yang terdiri dari air dan 1 % larutan garam beserta urea. Cairan jaringan
tersebut dikeluarkan sebagai keringat melalui saluran keringat kepermukaan
kulit.
Pengaturan
kerja kelenjar keringat dibawah pengaruh pusat pengaturan suhu badan dari
system saraf pusat (hipotalamus) dan enzim brandikinin. Fungsi hiotalamus
adalah memonitor dan mengendalikan suhu darah. Keluarnya keringat yang
berlebihan akibat rangsanan saraf dapat terlihat dengan menjadi merahnya warna
kulit akibat pengembangan pembuluh darah di lapisan dermis.
3) Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak.
Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan,
dan menahan panas tubuh.
Selain sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi
sebagai pengatur suhu tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan, pelindug
untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari gesekan,
penyinaran, panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman juga sebagai alat indera
peraba.
b. Proses pembentukan keringat
Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita tinggi,
pembuluh-pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini mengakibatkan banyak
darah yang mengalir ke daerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat
berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan
sedikit urea oleh kelenjar keringat. Kemudian air bersama larutannya keluar
melalui pori-pori yang merupakan ujung dari kelenjar keringat. Keringat yang
keluar membawa panas tubuh, sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu
tubuh tetap normal.
4.
Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena
tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru
berfungsi untuk mengeluarkan Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O). Didalam
paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida.
Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida
sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru
karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung.
Gambar 6. Paru-paru
5.
Kelainan
pada sistem ekskresi
a.
Nefritis
Nefritis
merupakan kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman biasanya
karena bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan mengalami
uremia dan dedema.
b.
Batu ginjal
Terbentuk
karena pengendapan garam kalsium didalam rongga ginjal, saluran ginjal dan
kandung kemih. Penyebab pengendapan garam ini akibat terlalu banyak
mengkonsumsi garam mineral dan sedikit mengkonsumsi air.
c.
Albuminuria
Adalah
ditemukan albumin pada urin. Adanya albumin pada urin merupakan indikasi adanya
kerusakan pada membrane kapsul endothelium atau karena iritasi sel-sel ginjal
akibat masuknya substansi seperti racun, bakteri, eter, atau logam berat.
d.
Glikosuria
Adalah
ditemukan glukosa pada urin. Adanya glukosa pada urin menunjukkan bahwa terjadi
kerusakan pada tabung ginjal
e.
Jerawat
Jerawat
merupakan gangguan pada kulit karena kelenjar minyak memproduksi minyak secara
berlebihan dan biasanya muncul pada masa puber.
B.
Sistem
Ekskresi pada Hewan
Hewan juga
melakukan metabolisme untuk melakukan aktifitas kehidupan.
Metabolisme menghasilkan zat
sisa yang harus dieksresikan dari tubuh. Setiap hewan memiliki cara yang
berbeda untuk mengeksresikan sisa metabolisme.
1.
Sistem
ekskresi pada hewan invertebrata
Pada hewan invertebrata belum terdapat sistem
ekskresi.Akan tetapi, sisa-sisa metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh
organisme. Untuk itu, hewan invertebrata memiliki alat dan cara ekskresi
tersendiri.
a.
.Sistem ekskresi pada insecta
Insecta mempunyai alat yang disebut pembuluh malpighi. Pembuluh malpighi
melekat pada ujung anterior usus belakang. Zat-zat sisa metabolisme diserat
dari cairan jaringan oleh pembuluh malpighi bagian ujung distal. Dari bagian
ini, cairan masuk ke bagian proksimal pembuluh malpighi dan membentuk kristal
asam urat yang kemudian masuk ke usus belakang yang akhirnya keluar bersama
feses. Sebagian zat sisa-sisa yang mengandung nitrogen dimanfaatkan untuk
membentuk kitin pada eksokeleton (rangka luar), dan dapat ikut dieksresikan
sewaktu molting atau pengelupasan kulit.
b. Sistem
Ekskresi Cacing Pipih
Pengeluaran sisa metabolisme
pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan dengan selenosit yang disebut juga
protonefridium atau sel api. Disebut sel api karena gerakannya seperti api. Sel
api menyerap sisa metabolisme dari sel-sel sekitarnya, lalu mengalirkan sisa
metabolisme dengan gerakan silia ke duktus ekskretorius.
2.
Sistem
ekskresi pada hewan vertebrata
Alat ekskresi
yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren).
Struktur ginjal yang paling
primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros.Pada prinsipnya
terdapat tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan
metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase
embrio vertebrata selain mamalia, embrio berudu dan larva amphibia, pronefros,
digantikan oleh mesonefros. Mesonefros merupakan ginjal pada bagian embrio
sebagian vertebrata, ikan dewasa, mesonefros akan berubah menjadi metanefros
selama masa perkembangan embrio.
a. Sistem
ekskresi pada ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa
sepasang ginjal mesonefros yang terikat disisi dorsal rongga tubuh. Bentuk ginjal mesonefros sempit memanjang, berwarna coklat, dan pada ujung
anteriornya berhubungan dengan sistem reproduksi. Tubulus ginjal mengalami modifikasi menjadi duktus eferen yang
menghubungkan testis dengan duktus mesonefridikus. Selanjutnya, duktus mesonefridikus menjadi duktus deferens yang berfungsi
untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di kloaka.
b. Sistem
Ekskresi Amphibia
Amphibia memiliki alat
ekskresi berupa ginjal mesonefros.Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu
dengan saluran kelamin. Sebaliknya, pada katak betina saluran ginjal dan kelamin terpisah. Ginjal amphibia berhubungan dengan ureter di vesika urinaria. Saat amphibia mengalami metamorfosis, hasil ekskresi amphibia juga berubah. Larva amphibia mengekskresikan amonia, sedangkan berudu dan hewan dewasa
mengekskresikan urea.
c. Sistem
Ekskresi Reptilia
Alat ekskresi pada reptilia
adalah sepasang ginjal metanefros.Metanefros berfungsi setelah pronefros dan
mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium embrional
menghilang.Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vasika urinaria (kandung
kemih).Vesika urinaria bermuara langsung ke kloaka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
System ekskresi pada manusia berupa
ginjal, kulit, paru-paru, dan hati. Masing-masing organ tersebut, bisa
mengeluarkan sisa metabolisme dari dalam tubuh.
a.
Ginjal
Ginjal
merupakan alat ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan dan kiri
dekat tulang pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan urine,
yang meliputi tahap filtrasi ( penyaringan), tahap reabsorbsi ( penyerapan
kembali), dan tahap augmentasi (proses pengumpulan).
b.
Kulit
Kulit
merupakan lapisan terluar dari tubuh kita dan termasuk salah satu alat
ekskresi. Kulit memiliki struktur yang
terdiri atas lapisan epidermis dan lapisan dermis. Pada lapisan dermis terdapat
akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah dan serabut
saraf. Dimana kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa air, urea dan garam.
c.
Paru-paru
Paru-paru
merupakan organ pernapasan dan juga organ ekskresi. Paru-paru mengeluarkan sisa
metabolisme berupa gas, COdan HO.
d.
Hati
Hati
atau hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh dan merupakan salah satu alat
ekskresi penting. Hati juga menghasilkan enzim orginase untuk menguraikan asam
amino orgenin menjadi asam amino ornitin dan urea. Hati mengeluarkan sisa
metabolisme dalam tubuh berupa zat warna empedu.
2.
Sistem ekskresi pada hewan invertebrata belum terdapat sistem ekskresi.Akan
tetapi, sisa-sisa metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme.
Untuk itu, hewan invertebrata memiliki alat dan cara ekskresi tersendiri.
3.
Alat
ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren).
Pada prinsipnya terdapat
tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.
DAFTAR PUSTAKA
Diastuti,
R. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta
: CV. Sindhunata.
Firmansyah
R, Agus M. 2009. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi untuk Kelas XI. Jakarta : PT.Setia Puma Inves.
Hanum
E, Widi P. 2009. Biologi 2. Jakarta :
PT. Remaja Rosdakarya.
Kadaryanto. 2006. Biologi 2. Jakarta: Yudhistira.
Widayati,
S. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta
: Pustaka Insan Madani.
Anonim.
2013. www.google.com/sistem-ekskresi.
Diakses pada tangga 1 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.